Jatim Tertinggi Kasus Demam Berdarah, Risma Siagakan Pasukan
Kabar Surabaya - Musim penghujan sangat identik dengan genangan dan banjir. Genangan air yang terjadi dalam kurun waktu yang lama, tentunya selalu menghasilkan bibit-bibit penyakit. Salah satu penyakit yang di takuti pada saat musim penghujan seperti ini adalah DBD, yaitu Demam Berdarah Dengue.
Pada awal tahun 2019 ini Jawa Timur mendapatkan gelar yang sangat menyeramkan, yaitu menjadi provinsi yang terbanyak terjadi kasus Demam Berdarah. Menurut catatan terakhir yang masuk ke redaksi, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue saat ini sudah mencapai hampir 4000 orang. Bahkan yang meninggal sudah menyentuh angka 55 orang. Namun meski demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih belum menaikkan kasus DBD ini menjadi Kasus Luar Biasa (KLB).
Lantas bagaimanakah dengan keadaan Kota Surabaya sendiri..?. Ternyata, meskipun Provinsi Jawa Timur telah di tetapkan sebagai Provinsi tertinggi dalam penderita DBD, keadaannya berbading terbalik dengan Kota Surabaya. Bila pada bulan Januari 2018 lalu, terjadi 43 kasus Demam Berdarah dengan 1 orang meninggal, pada bulan yang sama tahun 2019 tercatat angka penderita DBD adalah 23 orang dan 0 orang meninggal. Berarti terjadi penurunan sebanyak 50% penderita Demam Berdarah.
Meskipun telah terjadi penurunan angka penderita Demam Berdarah, namun hal ini tidak membuat Walikota Surabaya Tri Rismaharini merasa senang. Bahkan Walikota perempuan pertama di Surabaya ini merasa perlu untuk merapatkan barisan guna menanggulangi wabah DBD ini. Hal ini seperti yang di lakukannya pada hari Jum'at tanggal 1 Februari 2019 lalu.
Sebanyak 5000 lebih pasukan, atau yang di sebut kader ini di kumpulkan di lapangan Thor guna mendapatkan pengarahan. Kader yang hadir ini terdiri dari Ibu Pantau Jentik (Bumantik), Rumantik (Guru Pemantau Jentik), Wamantik (Siswa Pemantau Jentik), LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) dan pihak Kecamatan. "Saya yakin angka ini (23) masih bisa di tekan, saya juga tidak ingin ada lagi korban meninggal di Kota Surabaya akibat dari DBD ini" tegas Risma.
Keseriusan Risma ini di tampak dengan di hukumnya 2 orang camat yang wilayah Kecamatannya mempunyai angka tertinggi dalam kasus Demam Berdarah. Kedua Kecamatan itu adalah Kecamatan Tandes dan Kecamatan Wonokromo. Kedua camat ini lantas di "hukum" berdiri sepanjang apel akbar di depan Walikota Surabaya.
"Kalau ada seorang ayah yang meninggal karena Demam Berdarah, maka seorang Ibu akan menghidupi keluarganya sendirian, tentu hal itu sangat memberatkan, bisa-bisa nanti anak-anaknya putus sekolah, ini yang menjadikan kita sebagai pemimpin berdosa" jelas Risma dalam pidatonya. "Untuk itulah kita harus mampu membantu masyarakat untuk melawan DBD ini..".
Ada beberapa langkah-langkah yang bisa masyarakat lakukan untuk mencegah penyebaran dari penyakit Demam Berdarah Dengue ini, yaitu :
- Menguras dan Menyikat bak mandi minimal 1 minggu sekali, karena nyamuk DBD ini sering bertelur pada air bersih yang menggenang.
- Tutup rapat semua tempat penampungan air
- Daur ulang semua barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk DBD
- Bekerjasama dengan Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
- Segera laporkan kepada RT/RW apabila ada tetangga yang terkena DBD agar bisa segera di lakukan foging di lingkungan anda.
Untuk gejala dari Demam Berdarah ini sendiri adalah :
- Demam tinggi tanpa sebab selama 2-7 hari
- Muncul bintik merah pada kulit
- Otot/sendi terasa nyeri
- Merasa pusing, mual,muntah dan nyeri pada ulu hati
- Terjadi mimisan dan pendarahan pada gusi. (Yanuar Yudhatama)
No comments:
Post a Comment