Tingkatkan Ekonomi Keluarga Melalui Klobot Jagung
KIM Manunggalmedia - Memulai suatu usaha tidak harus memiliki modal dana yang besar. Namun yang paling diperlukan adalah semangat pantang menyerah dan jeli dalam melihat peluang. Hal inilah yang dimiliki Safni Yeti dalam merintis sebuah usaha. Usaha yang dirintis oleh wanita berusia 53 tahun ini sebenarnya dimulai saat dirinya di PHK dari tempatnya bekerja.
Masih kental diingatan Safni, bahwa kejadian PHK tersebut dialaminya pada tahun 2008. Saat itu pabrik pembuatan bunga kering tempatnya bekerja mengalami pailit, sehingga seluruh karyawannya terpaksa di PHK. Kondisi tersebut tentu saja membuatnya kelimpungan, apalagi anaknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Hingga akhirnya dirinya nekat untuk membuka usaha sendiri berdasarkan pengelaman dan keahlian membuat bunga kering yang dimilikinya.
Sesampainya dirumah, klobot jagung tersebut langsung dikeringkan. Jika kondisi matahari sangat terik, pengeringan bisa dilakukan selama 3 hari. Namun saat musim penghujan pengeringan bisa sampai 5 hingga 7 hari. Setelah kering, klobot jagung langsung dilapisi lem kayu untuk memperkuat teksturnya. Kemudian baru bisa dibentuk menjadi aneka ragam bunga kering, seperti bunga krisan, mawar dan sepatu.
Hasil kreasi bunga kering dari klobot jagung ini kemudian ditawarkan ke toko-toko retail yang ada di Pasar Turi. Selain itu Safni juga mencoba menawarkannya ke Toko Buku Gramedia. Rupanya produknya bisa diterima oleh konsumen Gramedia. Dari hanya menyuplai 2 toko, secara bertahap Safni bisa memasok ke seluruh toko se-Indonesia.
Safni juga sering mengikuti pameran dengan memakai merk dagang PutriandCraft. Dari pameran Inacraft yang berlokasi di Kota Jakarta, dirinya kemudian mendapatkan pembeli dari luar negeri. Hingga beberapa kali bunga kering kreasinya sampai ke Negara Amerika Serikat dan Italia.
Namun, musibah datang saat pandemi Covid-19 melanda. Permintaan akan bunga kering langsung turun drastis. Termasuk permintaan dari luar negeri yang akhirnya juga menghilang. Bahkan karena banyak toko retail yang tutup, termasuk toko buku Gramedia, otomatis pembayaran bagi barang yang sudah laku harus mundur sampai lima bulan kedepan. Kondisi ini tentu saja membuat Safni kelimpungan dan kebingungan. Apalagi putri tunggalnya saat itu baru saja diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, tentunya masih butuh banyak biaya.
Tidak mau terlarut dalam kesulitan ekonomi yang sudah didepan mata, Safni kemudian memutuskan untuk banyak belajar kembali. Berbagai webinar yang menyangkut usaha beliau ikuti dengan rajin. Semua tips dan petunjuk diikuti dengan benar. Pembelajaran ini akhirnya membuahkan satu inovasi baru, yaitu kemasan hajatan/hampers.
Kemasan hampres ini kemudian ditawarkannya ke berbagai perusahaan catering yang ada di Kota Surabaya. Dari sini pesanan mulai datang kembali, Bahkan pesanan istimewa malah datang dari Kota Solo. Pesanan terseut dari adik Presiden Joko Widodo yang saat itu menikah dengan Ketua Mahkamah Agung. Khusus acara tersebut, semua kemasan hampres dipasok oleh Safni. Total ada sekitar 1500 lebih yang telah dikirimkan ke Kota Solo.
"Alhamdullilah, dengan pesanan tersebut, karyawan, yang dulu pernah diliburkan akibat pandemi bisa masuk lagi. Khusus order dari adik Pak Jokowi ini kami harus lembur, karena kadang-kadang beliau meminta tambahan kiriman secara mendadak,' terang Safni.
Kedepan, Safni yakin kalau usahanya akan kembali berjalan normal. Hal ini tentunya seiring dengan meurunnya kasus Pandemi Covid-19 di seluruh dunia.
No comments:
Post a Comment